Selamat Datang!!

Selamat Datang!!!

Kamis, 23 Juni 2011

Seni Fotografi Pribadi

Ini dia gambar hasil jepretan juragan LintasPribadi.com (saya.red), gambar ini diambil ketika saya sedang Kuliah Kerja Nyata (KKN) di sebuah desa di kabupaten Bandung dengan menggunakan kamera Sony DSC-S950 milik temen saya (alias minjem,... hehehe) dan kebetulan lagi bete.
Berikut ini merupakan gambar kamera yang saya gunakan untuk memotret
Sony DSC-S950

 Dan berikut adalah gambar hasil jepretan Cybershot trsbt....



















kalo suka silakan download, gratis ko!!!.... kalo ada saran komen ya... thx

Rabu, 22 Juni 2011

Sejarah Nasi Goreng

       Nasi goreng (Hanzi: 炒飯) makanan yang dibuat dari nasi yang digoreng dengan bumbu dan bahan-bahan lainnya. Nasi goreng adalah makanan populer di Asia Timur dan Asia Tenggara.
      Nasi adalah sebuah bagian penting dari masakan tradisional Tionghoa, menurut catatan sejarah sudah mulai ada sejak 4000 SM. Nasi goreng kemudian tersebar ke Asia Tenggara dibawa oleh perantau-perantau Tionghoa yang menetap di sana dan menciptakan nasi goreng khas lokal yang didasarkan atas perbedaan bumbu-bumbu dan cara menggoreng. Nasi goreng sebenarnya muncul dari beberapa sifat dalam kebudayaan Tionghoa, yang tidak suka mencicipi makanan dingin dan juga membuang sisa makanan beberapa hari sebelumnya. Makanya, nasi yang dingin itu kemudian digoreng untuk dihidangkan kembali di meja makan.
    
     Sebenarnya saya tdk begitu suka dengan jenis makanan ini, karena nasi goreng dapat membuat perut saya "eneg" dan mual. Saya jg punya cerita dengan nasi goreng, suatu ketika di malam hari sy bersama tmn ingin makan malam kemudian kami putuskan untuk membeli nasi goreng sebagai makanan akhir sebelum tidur. tidak panjang lebar kami pun membeli nasi goreng yang letaknya di dekat terminal (sebenarnya samping terminal banget). saya mesen nasi goreng yg ga pedas (#maklum mulut saya sensitif ma rasa pedas) sedangkan temen saya mesen pedas. Eh emang dasar nasib kali ya,.. si pelayan malah ngasih nasi goreng yang pedas ke saya,... berhubung nasi goreng pesenan saya udah dilahap duluan ma temen saya jadi saya ga mau ngambil makanan tsbt (#pencegahan takut kena rabies atau AIDS,... heheh peace Za!!) ,.. alhasil saya pun memakannya sedikit demi sedikit sambil merem melek... baru 10 sendok (kalo ga salah..pokonyamah ga habis) saya udah berhenti karena ga kuat.... Hmmmhhh emang hari yang sial... kalo ga salah temen saya jg lagi ngalamin hari yang sial jg... (jadi penyebar pesan aneh dan khirnya jd buronan...hahaha)... dan akhirnya makanan terakhir sebelum tidur adalah 2 buah roti sobek dan tetap si perut ga bisa kompromi,.. tapi dipaksa lah dibawa tidur akhirnya berhenti jg,...
    
    Nasi goreng juga dikenal sebagai masakan nasional Indonesia. Dari sekian banyak hidangan dalam khazanah Masakan Indonesia, hanya sedikit yang dapat dianggap sebagai makanan nasional sejati. Masakan nasional Indonesia ini tidak mengenal batasan kelas sosial. Nasi goreng dapat dinikmati secara sederhana di warung tepi jalan, gerobak penjaja keliling, hingga restoran dan meja prasmanan dalam pesta.
    Ada berbagai macam resep nasi goreng tapi unsur utamanya adalah nasi, minyak goreng, kecap manis. Selain itu banyak tambahan lain yang dapat dimasukkan, mulai dari sayuran, daging, sampai sambal, saos, kerupuk dan telur goreng.

Nah yang lebih menariknya lagi dengan nasi goreng ini adalah sampai ada jingle nya jg loh,.... pastinya ada yang udah tau kan yah... yah nama judul lagu ini yaitu Geef Mij Maar Nasi Goreng yang dipopulerkan oleh Louisa Johanna Theodora "Wieteke" van Dort yang lebih dikenal dengan Wieteke Van Dort yang lahir Surabaya, 16 Mei 1943 seorang keturunan Walanda (Belanda.red).

Wieteke Van Dort
 Bagi yang belum tau lagunya yang berjudul Geef Mij Maar Nasi Goreng saya sengaja Upload lagunya khusus untuk anda hehehe... mohn maaf jika kurang bagus gambarnya,... sebenarnya saya udah mencoba meng upload video yang bagus tapi berhubung ada kendala di koneksi internet dan file nya cukub besar jadi hanya video ini yang bisa saya upload...

cheki dot!!!


Berikut Lirik lagunya
Toen wij repatrieerden uit de gordel van smaragd
Dat Nederland zo koud was hadden wij toch nooit gedacht
Maar ‘t ergste was ‘t eten.
Nog erger dan op reis
Aardapp’len, vlees en groenten en suiker op de rijst
Geef mij maar nasi goreng met een gebakken ei
Wat sambal en wat kroepoek en een goed glas bier erbij
Geef mij maar nasi goreng met een gebakken ei
Wat sambal en wat kroepoek en een goed glas bier erbij
Geen lontong, sate babi, en niets smaakt hier pedis
Geen trassi, sroendeng, bandeng en geen tahoe petis
Kwee lapis, onde-onde, geen ketella of ba-pao
Geen ketan, geen goela-djawa, daarom ja, ik zeg nou
Geef mij maar nasi goreng met een gebakken ei
Wat sambal en wat kroepoek en een goed glas bier erbij
Geef mij maar nasi goreng met een gebakken ei
Wat sambal en wat kroepoek en een goed glas bier erbij
Ik ben nou wel gewend, ja aan die boerenkool met worst
Aan hutspot, pake klapperstuk, aan mellek voor de dorst
Aan stamppot met andijwie, aan spruitjes, erwtensoep
Maar ‘t lekkerst toch is rijst, ja en daarom steeds ik roep
yang ingin download lagunya silakan ikuti link berikut!! 

Link terkait : 

   

Senin, 20 Juni 2011

Media dan Multimedia Pembelajaran terbaru (SMARTboard)

Pada dasarnya proses pembelajaran adalah proses komunikasi, yaitu proses menyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran/media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang akan di komunikasikan adalah isi ajaran ataupun materi yang sudah tertuang dalam kutikulum yang telah dibuat sebelumnya.Sumber pesannya bisa pengajar, atau orang lain yang memiliki pengetahuan yang dibutuhkan sesuai dengan materi yang ada di kurikulum, salurannya dinamakan dengan media bisa berupa alat/barang yang digunakan sebagai perantara antara sumber pesan dan penerima pesan sedang penerima pesan adalah siswa.
Dari berbagai gagasan tentang pengertian media tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dan merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar mengajar.
2. Media pembelajaran merupakan media yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran yang biasanya sudah dituangkan dalam silabus dan dimasudkan untuk mempertinggi kegiatan proses belajar mengajar.
Adapun media pembelajaran yang kita kenal diantaranya yaitu,
1. Poster 
2. OHP
3. LCD proyektor. 
Namun, akhir-akhir ini ada sebuah perkembangan baru dalam media pembelajaran yang dikenal sebagai "smart-board". Pada prinsipnya smart-board ini adalah membuat papan tulis (smart) menjadi touch-screen. Hal ini akan memudahkan guru dalam menulis atau menggambar. Yang lebih keren, mengajar terkesan lebih elegan dan profesional jika menggunakan smart-board. 
Berikut merupakan demonstrasi cara menggunakan Smart-board.

Harga satu set Smart-board ini bisa dibilang masih selangit, untuk memilikinya anda harus merogoh kocek kira-kira Rp. 100-200 jutaan lebih (harga di bulan & tahun tulisan ini dibuat).
Ya, penulis berharap semoga kelak smartboard bisa digunakan di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia sehingga kualitas pendidikan Indonesia semakin meningkat.

Artikel terkait: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2157864-pengertian-media-pembelajaran/#ixzz1PneItPSe
Sumber : http://www.youtube.com/watch?v=0U05WeXPGlk

berpikir kreatif dan kreativitas



Solso menjelaskan bahwa berpikir kreatif merupakan aktivitas kognitif yang menghasilkan sesuatu yang baru dalam menghadapi masalah. Sedangkan Evans menyebutkan bahwa berpikir kreatif merupakan kemampuan membuat kombinasi baru berdasarkan konsep-konsep yang sudah ada, selain juga kemampuan menemukan hubungan-hubungan baru dan memandang sesuatu menurut perspektif yang baru.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa produk dari berpikir kreatif adalah sesuatu yang baru dan kompleks. Baru yang dimaksud bukan hanya dari yang tidak ada menjadi ada, tetapi juga kombinasi baru dari sesuatu yang sudah ada.
Dewasa ini, berpikir kreatif sangatlah diperlukan oleh setiap manusia, adapun alasan mengapa diperlukannya berpikir kreatif adalah sebagai berikut: Pertama, era globalisasi yang ditandai dengan cepatnya perubahan diberbagai bidang kehidupan memerlukan manusia yang cepat mampu beradaptasi atau mereorientasikan hidupnya sejalan dengan perubahan yang terjadi. Kedua, pembangunan yang sedang dilaksanakan di tanah air kita dalam berbagai bidang memerlukan manusia yang tangguh dan kreatif, karena selain kita harus menghadapi berbagai kemajuan yang telah dicapai oleh bangsa lain, kita pun tentu berkeinginan untuk menjadi pioner dalam berbagai kemajuan yang mungkin diraih manusia dikemudian hari. Ketiga, program “pengentasan kemiskinan” bukan dipecahkan dengan hanya sekedar memberi pekerjaan atau tunjangan sosial melainkan bagaimana “ Sumber Daya Manusia” yang ada berusaha dibina untuk secara mandiri memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapinya. Keempat, dalam kaitan dengan sains dan teknologi yang demikian cepat, tanpa kreativitas yang memadai maka sains dan teknologi yang berkembang itu hanya menjadi pertunjukan yang akan terus berlalu satu demi satu tanpa bisa turut mewarnai pesatnya perkembangan IPTEK itu.
Pemecahan masalah adalah usaha untuk menemukan solusi dari suatu permasalahan. Hudojo menjelaskan pemecahan masalah merupakan proses penerimaan masalah sebagai tantangan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Evans mendefinisikan pemecahan masalah adalah suatu aktivitas yang berhubungan dengan pemilihan jalan keluar atau cara yang cocok bagi tindakan atau pengubahan kondisi sekarang (present state) menuju situasi yang diharapkan (future state/desire/goal).
Berdasarkan uraian mengenai pemecahan masalah di atas, dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah adalah usaha untuk mencari solusi atau jalan keluar dalam menyelesaikan suatu masalah.
Terdapat beberapa tahapan dalam menyelesaikan suatu masalah. Ellis dan Hunt menyebutkan beberapa tahapan pemecahan masalah sebagai berikut:
1.      Pemahaman masalah
2.      Penemuan berbagai hipotesis mengenai cara pemecahan dan memilih salah satu dari hipotesis-hipotesis itu.
3.      Menguji hipotesis yang dipilih dan mengevaluasi hasilnya
Polya menyarankan empat macam langkah dalam pemecahan masalah yaitu:
1.      Memahami masalah, meliputi aktivitas: mengidentifikasi yang diketahui, mengidentifikasi data yang relevan, mengidentifikasi apa yang ditanyakan.
2.      Membuat rencana penyelesaian, meliputi aktivitas pemilihan strategi yang akan digunakan dalam pemecahan masalah.
3.      Pelaksanaan rencana, meliputi pengaplikasian strategi untuk menyelesaikan masalah.
4.      Memeriksa kembali, meliputi kegiatan melihat kembali apakah penyelesaian yang diperoleh sudah sesuai dengan apa yang diketahui dan ditanyakan.
Pemecahan masalah dapat diajarkan seorang guru kepada siswa. Mengajarkan pemecahan masalah berarti usaha guru untuk membangkitkan siswa agar menerima dan merespon pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan membimbing siswa menemukan pemecahan dari permasalahan tersebut. Pemecahan masalah tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Pada umumnya masalah fisika yang dibuat oleh guru hanya menuntut kemampuan prosedural dari siswa. Guru menyajikan masalah berpedoman dari buku. Masalah yang terdapat dalam buku pada umumnya adalah masalah yang hanya mempunyai satu jawaban benar. Jarang sekali ditemukan masalah fisika yang menuntut penyelesaian berbeda atau prosedur berbeda.
Guru menganggap bahwa fisika adalah produk “instan” yang siap untuk “dituangkan” ke pikiran siswa. Dalam pembelajaran fisika, konsep fisika adalah suatu proses yang dilalui siswa, seakan-akan siswa menemukan sendiri konsep fisika tersebut. Agar pembelajaran menjadi bermakna, siswa harus dianggap atau berperan sebagai subjek, artinya siswa harus diberi kesempatan untuk menemukan sendiri konsep-konsep yang mereka pelajari. Selain itu, siswa juga harus diberi kesempatan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda (berpikir alternatif) atau dilatih untuk berpikir kreatif. Salah satu alternatif yang dapat dipilih guru untuk meningkatkan kreativitas siswa adalah dengan pemecahan masalah terbuka (open ended), karena masalah terbuka (open ended) memiliki hubungan yang dekat dengan kreativitas. Anderson memandang kreativitas sebagai suatu proses berpikir. Adapun jenis berpikir yang mencerminkan keativitas adalah tergolong jenis berpikir divergen (divergent thinking) seperti yang dikemukakan Yelon “ An important ingredient in creativity is divergent thinking.” Guilford menerangkan bahwa divergent is characterized by producing wide variety of alternative solutions, each of which is logically possible. Sedangkan Utami Munandar merumuskan bahwa kreativitas (berpikir kreatif/ berpikir divergen) adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia dan menemukan kemungkinan banyak jawaban terhadap suatu masalah dimana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban. Jadi kemampuan berpikir divergen akan meningkat jika siswa diberi pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah yang bersifat terbuka yaitu pertanyaan atau soal yang mempunyai cara penyelesaian atau jawaban tidak tunggal.
Berbicara tentang berpikir kreatif tentu tidak terlepas dari apa yang disebut dengan kreativitas. Menurut Murdock dan Puccio (2001), istilah berpikir kreatif dan kreativitas merupakan dua hal yang tidak indentik, namun kedua istilah itu berelasi secara konseptual. Kreativitas merupakan konstruk payung sebagai produk kreatif dari individu yang kreatif, memuat tahapan proses berpikir kreatif, dan lingkungan kondusif untuk berlangsungnya berpikir kreatif.
Menurut Munandar (1999), berpikir kreatif adalah kemampuan – berdasarkan data atau informasi yang tersedia- menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Makin banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan terhadap suatu masalah makin kreatiflah seseorang, tentunya dengan memperhatikan mutu atau kualitas dari jawaban tersebut. Secara operasional, Munandar mengemukakan; berpikir kreatif merupakan kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan dan kemampuan memberikan penilaian atau evaluasi terhadap suatu obyek atau situasi.
Tabel 1 Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif (KBK)
Aspek  KBK
        Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif
Fluency
a. Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan;
b. Lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya;
c. Dapat dengan cepat melihat kesalahan dan kelemahan dari suatu objek atau situasi.
Flexibility
a. Memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita, atau masalah;
b. Jika diberi suatu masalah biasanya memikirkan bermacam cara yang berbeda untuk menyelesaikannya;
c. Menggolongkan hal-hal menurut pembagian (kategori) yang berbeda.
Originality
a. Setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan, bekerja untuk menyelesaikan yang baru
Elaboration
a. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah langkah yang terperinci
b. Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain;
c. Mencoba/menguji detail-detail untuk melihat arah yang akan ditempuh;
Berpikir kreatif berkaitan dengan berfikir divergen dan berfikir orisinal. Berfikir kreatif dapat digambarkan sebagai bentuk kombinasi baru dari ide-ide untuk memenuhi suatu kebutuhan atau sebagai berfikir dengan cara memproduksi hasil yang orisinal dan tepat. Sesuatu dapat menjadi orisinal bagi seseorang, dan tidak harus original untuk semua orang (Lang dan Evans, D. N. 2006). Kata “orisinal” dalam kaitan dengan kreativitas tidak perlu diartikan sesuatu yang benar-benar baru (sebelumnya belum pernah ada), tetapi dapat saja hasil ciptaannya itu merupakan kombinasi dari apa-apa yang telah ada sebelumnya. Atau mungkin pula sesuatu yang baru itu hanya baru bagi orang tersebut, jadi mungkin saja bagi orang lain bukan hal yang baru (Anderson, 1970, dalam Wahidin, 2009).
Berpikir kreatif memuat aspek kognitif  (aptitude), afektif (nonaptitude) dan metakognitif. Williams, (1980, dalam Killen, R, 1998), mengemukakan delapan prilaku siswa berkaitan dengan berpikir kreatif. Empat diantaranya berhubungan dengan aspek kognitif yaitu; keterampilan berpikir lancar (fluency), keterampilan berpikir luwes (flexibility), keterampilan berpikir orisinil (originality), dan keterampilan mengelaborasi (elaboration). Empat lagi berhubungan dengan aspek afektif, yaitu; mau mengambila resiko (Risk taking), senang dengan kompleksitas (complexity), memiliki rasa ingin tahu (curiosity), dan suka berimajinasi (imajination).
Keterampilan berpikir lancar (fluency), yaitu kemampuan untuk mencetuskan banyak ide, hasil, dan respon. Keterampilan berpikir luwes (flexibility) yaitu kemampuan untuk menggunakan pendekatan yang berbeda, membangun berbagai gagasan, mampu merubah-ubah arah pemikiran atau pendekatan, dan menyesuaikan dengan situasi yang baru. Keterampilan berpikir orisinil (originality) yaitu kemampuan untuk membangun sesuatu yang baru, yang tidak biasa, ide-ide cerdas yang berbeda dengan cara-cara yang sudah lumrah. Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.  Keterampilan mengelaborasi (elaboration) yaitu kemampuan untuk merinci, memperluas, atau menambah ide-ide atau hasil.
Mau mengambil resiko (Risk taking), maksudnya siap menerima kegagalan dan kritikan, berani melakukan tebakan, dan berani mempertahankan ide-ide sendiri. Senang dengan kompleksitas (complexity), maksudnya mencoba berbagai alternative, membawa persoalan ke luar dari kerumitan, dan menyelidiki ke dalam permasalahan atau gagasan-gagasan yang kompleks. Rasa ingin tahu (curiosity), maksudnya kemauan untuk memiliki rasa ingin tahu dan yang mengherankan (aneh), suka mengotak-atik ide, suka terhadap situasi  yang menimbulkan teka-teki. Suka berimajinasi (imajination), maksudnya mempunyai daya untuk memvisualisasikan dan membangun mental images (bayangan-bayangan mental) dan  menjangkau di luar batasan-batasan riil atau sensual.
Kemudian Munandar (1999) menambahkan point kelima dari aspek kognitif  (aptitude) dengan keterampilan menilai (evaluation), yaitu kemampuan memberikan penilaian atau evaluasi terhadap suatu obyek atau situasi. Menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana. Untuk aspek afektif (nonaptitude), Munandar menambahkan dengan sifat menghargai, seperti: menghargai kesempatan-kesempatan yang diberikan; menghargai makna orang lain; menghargai hak-hak sendiri dan hak-hak orang lain; dll.